Bangga Menjadi Santri

📜 Muhammad Ali Zubair ✍🏼

🌾 Santri Itu Taat Sepenuh Hati.
Ketaatan bagi seorang santri adalah konsekuensi dari nilai keimanannya, karena ketaatan adalah jalan meraih kebahagiaan hidup di dunia dan kehidupan setelah kematian. Ketaatan santri ada pada tiga ketaatan. Pertama ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagai Rabb semesta alam dan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam sebagai utusanNya, taat yang kedua adalah kepada Orangtua yang menyebabkannya lahir kemuka bumi dan kepada guru sebagai orangtua ideologis yang telah mengajarkannya tentang kebaikan dan kebenaran seperti para Kiayi dan Ustad. Taat yang ketiga adalah kepada pimpinan pondok pesantren, rumah besarnya tempat santri belajar mengenal Alloh, Rasulullah juga syariat islam, serta yang ketiga adalah taat kepada khalifah atau ulil amri di negara yang telah memberikan keamanan, kenyamanan dan ketenangan dalam menjalankan dan mendakwahkan syariat islam.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda yang artinya “Wajib bagi seorang manusia untuk selalu mendengarkan dan taat kepada pemimpin kaum Muslimin dalam hal-hal yang disukainya atau dibencinya selama tidak diperintahkan berbuat maksiat kepada Allah, maka jika dia diperintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, jangan dia dengar dan jangan dia taat.” (HR. Muttafaqun ‘alaihi).
Jadi, ketaatan kepada pemimpin harus terikat dengan ketaatan dalam perkara yang dibenarkan dalam syariat, bukan dalam perkara yang merupakan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah rahasianya kenapa kalimat perintah di dalam Al-Qur’an surat Annisa ayat ke-80, disebutkan dengan kalimat “Taatlah kepada Allâh, diulang lagi dan taatlah kepada Rasul. Setelah itu ketika mengatakan Ulil Amri tidak disebutkan lagi “taatlah kepada Ulil Amri”, tapi langsung tanpa kata perintah “taatlah kepada pemimpin”. Ini menunjukkan ketaatan kepada pemimpin mengikuti ketaatan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yakni tidak boleh dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya. Itulah jiwa ketaatan santri.

🌾 Santri Itu Belajar Tiada Henti.
Berdasarkan Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah Ta’ala akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Maka bagi santri menuntut ilmu adalah kewajiban mutlak yang ia cari di ‘taman-taman’ syurga, karena santri menyadari, ilmu adalah bekal terbaik untuk meraih nilai ketaqwaannya. Santri menyadari menuntut ilmu juga merupakan sarana terbaik untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan padanya. Karena tidak akan sempurna keimanan dan amal seseorang kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, hak Allah dan Rasul-Nya dapat ditunaikan dan dengan ilmu pula agama islam bisa disebarkan.
Santri dalam mencari ilmu bukan sekedar saat di pondok pesantren atau merasa puas dengan hanya belajar di satu tempat, tapi ia melanglang buana, berpindah dari guru yang satu ke guru yang lainnya, dari kitab satu ke kitab lainnya. Sehingga ada pepatah arab mengatakan “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat.” Adagium Arab ini mengajarkan dan memotivasi para santri untuk terus mencari ilmu sepanjang hidupnya “long life education”.

🌾 Santri Berdakwah Walau Sendiri
Berdakwah adalah bagian dari orientasi setiap santri, karena santri menyadari bahwa berdakwah merupakan tugas mulia dalam pandangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sehingga dengan dakwah, setiap santri ingin mendapatkan predikat sebaik-baik ummat “Khoiru Ummat”. Predikat ini Alloh Ta’ala firmankan dalam Al-Qur’an Ali Imron ayat 110, yang artinya ; “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allâh.”
Tentu dakwahnya seorang santri dengan menjalankan konsep menghindari konflik ukhuwah Islamiyah dan tidak mudah menjatuhkan vonis takfir secara membabi buta dan serampangan, karena cara itu sama sekali tidak memiliki nilai hikmah, dan tentunya santri sebagai juru dakwah memperhatikan hikmah dalam berdakwah. Hikmah artinya meletakkan sesuatu sesuai pada tempatnya, menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru dan menyampaikan dakwah sesuai situasi dan kondisi mad’unya
Sikap santri sebagai da’i tentunya juga dengan sikap lemah lembut, namun tidak meniadakan ketegasan dalam memegang prinsip dengan menyatakan dan menunjukkan sikap yang berani dan bijaksana, misalnya ketika melihat kehormatan Islam dilecehkan maka ia harus memperlihatkan ketegasan dalam bersikapnya sebagai dai yang cerdas dan berintegritas. Walau ia hanya seorang diri di medan dakwah, karena integritas adalah identitas santri.

🌾 Santri Memimpin Penuhi Janji
Santri adalah kaum yang dianggap sebagian orang adalah kaum pinggiran, komunitas peci dan suka sarungan. Tapi dunia telah melihat seorang santri bisa memimpin bangsa dan ada pula yang memimpin dikomunitas dunia, contohnya adalah KH. Abdurrahman Wahid, atau lebih dikenal Gus Dur yang menjadi presiden indonesia. Ada juga Buya Hamka. Nama lengkapnya H. Abdul Malik Karim Amrullah merupakan tokoh islam yang terkenal di Indonesia dan dunia, karena ia sebagai seorang sastrawan, sejarawan dan politikus handal. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama dan aktif dalam dunia politik di Indonesia. Dan contoh lainnya juga seperti santri bernama Muhammad Syamsi Ali, yang saat ini masih aktif menjadi imam masjid di Islamic Center of New York dan menjadi direktur Jamaica Muslim Center, sebuah yayasan di kawasan timur New York, Amerika Serikat, yang dikelola oleh komunitas muslim eropa
Ternyata santri bisa berkarya dan bersaing dikancah dunia, dan disaat memimpin santri akan memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Jiwa santrinya akan berontak ketika ia akan mengkhianati amanah dan tanggung jawabnya, karena ketika seorang santri telah berubah menjadi pragmatis maka jiwa santrinya akan dipertaruhkan. Karena ia sadar kalau kata ‘santri’ merupakan dari gabungan antara kata ‘saint’ (manusia baik) dan kata ‘tra’ (suka menolong). Sehingga tempat santri menimba ilmu di sebut pesantren, yang berarti tempat pendidikan untuk mencetak pribadi baik dan berorientasi kemanfatan untuk islam dan ummat.

🌾 Santri Berjuang Sampai Mati
Santri, itu bukan pecundang, yang senantiasa melangkah dengan hawa nafsunya, bukan pula berkarakter ‘pedagang’ yang kalkulasi hidupnya dihitung dari nominal keuntungan dunia semata, tapi santri itu pejuang yang hidupnya berorientasi ukhrowi tanpa melupakan dunia. Ia hanya berharap keridhoan Sang Maha Kuasa dengan pertimbangan syurga atau neraka, pahala atau dosa, dan manfaat atau mudhorot.
Penyemangat perjuangannya adalah kata “isy kariman aumut syahidan” (hidup mulia atau mati syahid), merupakan kalimat dari nasehat mulia seorang ibu kepada anaknya, yakni Asma kepada Ibnu Zubair, saat menemui kesulitan dalam menghadapi musuh di medan perang. Dan kita ketahui bersama sejarah mencatat Ibnu Zubair dikenal sebagai seorang pejuang Islam yang hebat dan pemberani, tidak pernah gentar menghadapi musuh di medan perang. Dibalik keberaniannya Ia sosok yang sangat tekun beribadah dan dikenal sebagai salah seorang syuhada muslim terhebat dimasanya.
Bagi santri, isy kariman aumut syahidan berarti hidup dengan cara mulia atau ia akan berusaha meraih ‘kemenangan’ kepada kematian untuk meraih kesyahidan. Artinya, kematian yang bisa didapat oleh santri dengan menjalani hidup dengan mulia tanpa kehinaan dan bergelimang dosa, bukan dengan kematian melalui jalan ‘pintas’ tanpa pertimbangan syariah yang dibenarkan oleh Alloh dan Rasul-Nya.

========

*Penulis adalah Santri dan juga Alumni PP. Al-Ishlah Bondowoso
*Ditulis dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2020.

Similar Posts