UNTUKMU GURU

✍🏼 Alfaqir Muhammad Ali Zubair

Guru….
Manusia yang ingin melahirkan banyak murid yang lebih pintar darinya, sedangkan ia harus senantiasa membaca dan banyak belajar metode

Guru…
Hati tulus yang ingin mewujudkan anak muridnya untuk mandiri dari bakat dan minatnya, sedangkan ia dituntut untuk cakap dan terampil

Guru…
Pribadi yang belum tentu baik, tapi berusaha sekuat tenaga, fikiran dan perilaku untuk menjadi contoh bagi anak muridnya supaya berkepribadian sholeh

Guru…
Sosok mulia yang senantiasa berdoa terbaik untuk para anak didiknya, walau ia seringkali melupakan keinginan dan kebutuhan pribadinya

Guru…
Berjiwa langka yang ingin menuntun muridnya meraih setiap harapan dan cita-cita mulia mereka, walau dia sendiri hanya menjadi ‘kuli’ sekolah yang honorer

Guru…
Bukan ayah dan ibu biologis yang melahirkan muridnya, tapi ia rela untuk menjadi ayah ideologis bagi anak didik yang beraneka karakternya.

Guru…
Bukan Malaikat, tapi karena jasanya mampu menjadi manusia mulia karena ilmu jariyah yang bermanfaat untuk para murid dan setelahnya

Untukmu Guru…
Kau di tuntut untuk bekerja Ikhlas, berbeban berat dan bersabar kuat, karena Guru akan disalahkan jika ada kegagalan dan mudah dilupakan karena kesuksesan.

Wahai para wali murid…
Kami ingatkan kalian dengan kutipan syair Syaikh az Zarnuji dalam kitabnya yang terkenal, Ta’lim al Muta’alim,

ألا لا تنال العلم إلا بستة
“Ketahuilah, engkau tidak akan memperoleh ilmu (secara sempurna) kecuali dengan enam hal.”

سانبيك عن مجموعها ببيان
“Akan aku ungkapkan ke enam hal itu padamu dengan jelas.”

ذكاء و حرص واصتبار وبلغة
“Kecerdasan, semangat, kesabaran, bekal”,

وإرشاد أستاذ وطول زمان
” Bimbingan guru dan waktu (proses) yang lama.”

Sadari dan ketahuilah… Tanpa petunjuk, didikan dan bimbingan dari para guru, siapalah anak-anak kita.
Kita serahkan mereka dalam kondisi dengan ketiada mampuan, tidak tahu tentang kebaikan dan kebenaran, bahkan mereka tidak tahu apa dan bagaimana mereka untuk berdiri tegak dalam menapak tangga kehidupan

Sekarang jika anak-anak kita memiliki sedikit pengetahuan, kemampuan dan keahlian semua karena guru, kita orang tua bisa melahirkan dan mengasuhnya, namun tidak semua kita bisa mendidik dan membimbingnya

Wahai untukmu para Murid…
Nak, ingatlah suatu pepatah yang mengatakan, muliakan gurumu dari orang tuamu, karena orangtuamu bisa memberi naungan dari panasnya matahari dunia, sedangkan guru mengajarkan kamu untuk tidak terkena panasnya api neraka.

Perhatikan oleh kalian, suatu syair dalam kitab Ta’lim Muta’allim:

أُقَدِّمُ أُسْتَاذِي عَلَى نَفْسِ وَالِدِي
وَإِنْ نَالَنِي مِنْ وَالِدِي الْفضْلَ وَالشَرَف

“Aku lebih mengutamakan guruku dari orang tuaku, meskipun aku mendapat dari orang tuaku keutamaan dan kemuliaan.”

فَذَاكَ مُرَبِّ الرُّوْحِ وَالرُّوْحُ جَوْهَرُ
وَهذَا مُرَبِّ الْجِسْمِ وَالْجِسْمُ كَالصَّدَف

“Guruku adalah pengasuh jiwaku dan jiwa adalah bagaikan mutiara, sedangkan orang tuaku adalah pengasuh badanku dan badan bagaikan kerangnya.”

Berdoalah sebagaimana do’a Syekh Abdul Fattah Abu Guddah yang menuliskan doa ampunan bagi guru-gurunya, ia tulis dalam catatan kaki kitab Risâlah al-Mustarsyidin.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ عَلَّمَنَا وَارْحَمْهُمْ، وَأَكْرِمْهُمْ بِرِضْوَانِكَ الْعَظِيْمِ، فِي مَقْعَد الصِّدْقِ عِنْدَكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

“Wahai Alloh ampunilah guru-guru kami dan orang yang telah mengajar kami. Sayangilah mereka, muliakanlah mereka dengan keridhaan-Mu yang agung, di tempat yang disenangi di sisi-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang.”
(Imam al-Haris al-Muhasibi, Risâlah al-Mustarsyidin, Dar ul-Salam, halaman 141)
.
Semoga kita dapat mendoakan guru guru kita, sembari mengharapkan kemanfatan dan keberkahan atas ilmu yang telah kita pelajari dan ampunan bagi guru-guru kita semua. Aamien Ya Rabb…